BAB
I
PENDAHULUAN
Pertanyaan
mengenai siapakah Yesus Kristus, adalah pertanyaan yang penting sekali dijawab
oleh setiap orang. Pembahasan didalam bagian ini bertujuan menelitih
ajaran-ajaran yang terdapat dalam Perjanjian Baru “Siapakah sebenarnya Yesus
Kristus.” Penelitian tentang siapakah Yesus Kristus mempunyai istilah yang
khusus dalam bahasa teologi Kristen, yaitu “Kristologi.”
Perjanjian
Baru ditulis oleh para pengikut Yesus yang percaya kepada-Nya, hal ini
merupakan suatu fakta yang sudah jelas dengan sendirinya. Karena itu apabila
kita menyajikan secara sistematis apa yang dikatakan Perjanjian Baru mengenai
Yesus, itu berarti pula kita menyajikan secara sistematis kepercayaan para
penulis Perjanjian Baru.
Dalam
pembahasan berikut ini kita akan memusatkan perhatian pada apa yang disajikan
oleh penulis-penulis Perjanjian Baru tentang Kristologi dan bukan pada sejarah
asal mula dan perkembangannya. Maksud dari ahli Teologi Perjanjian Baru dengan
membahas bidang itu ialah untuk memperlihatkan betapa kayanya macam-macam
tafsiran mengenai pribadi Yesus dalam Perjanjian Baru.
Pembahasan
kita di bagian awal ini akan dipusatkan pada dua hal, yaitu kemanusiaan Yesus
dan ketidakberdosaan Yesus.
BAB II
YESUS KRISTUS (KRISTOLOGI)
A.
Yesus
Sebagai Manusia
1. Yesus sebagai manusia sejati
a.
Kitab-kitab
Injil Sinoptik
Dalam kitab-kitab Injil Sinoptik kita mendapat tiga
gambaran mengenai Yesus dari Nazaret. Dalam masing-masing penggambaran tersebut
terdapat perbedaan dalam banyak hal, namun semuanya berpusat pada manusia yang
sama. Di antara tiga kitab Injil Sinoptik, hanya Markus yang memberikan
petunjuk dalam kata-kata pembukaannya dengan memperkenalkan seseorang yang
lebih dari seorang manusia; namun diantara ketiga penulis lainnya itu,
Markuslah yang lebih memusatkan perhatiannya pada Yesus sebagai manusia. Di
lain pihak, Matius dan Lukas memusatkan perhatian pada permulaan kehidupan
Yesus sebagai manusia, dengan mengikutsertakan kisah kelahiran Yesus.
Catatan mengenai kelahiran-Nya menggambarkan Yesus
dalam keluarga manusia yang biasa, yang juga mengalami semua permasalahan yang
biasa terjadi. Satu-satunya peristiwa pada masa kanak-kanak Yesus yang
diceritakan, memperlihatkan keberadaan keluarga yang bersifat manusia biasa, yaitu
kecemasan orang tua karena kehilangan anaknya. Tetapi komentar Lukas bahwa
Yesus patuh kepada orang tuanya, merupakan kesimpulan mengenai kehidupan Yesus
dalam seluruh masa pertumbuhan-Nya (Luk.2:51). Komentar Lukas selanjutnya bahwa
Yesus makin bertambah besar dan bertambah hkmat-Nya (Luk.2:40,52),
memperlihatkan perkembangan manusia biasa secara normal.
Injil Markus mencatat beberapa emosi Yesus yang
sangat manusiawi, emosi yang mencakup rasa gusar (10:14), marah dan sedih (3:5)
juga penolakan terhadap Yesus oleh karena adanya hubungan yang terlalu bersifat
manusia antara Yesus dan suatu keluarga biasa saja (6:1-6).
b.
Tulisan-tulisan
Yohanes
Kitab Injil ini lebih banyak memberikan keterangan
mengenai keilahian Yesus dibandingkan dengan kitab-kitab Injil Sinoptik, dan
kitab ini di awali dengan tulisan mengenai keberadaan Yesus sebelum segala
sesuatu ada. Namun sangat mengesankan bahwa kitab Injil ini juga berisi hal-hal
yang jelas mendukung kemanusiaan Yesus. Pernyataan dalam Yoh 1:14 yang berbunyi
“Firman itu telah menjadi manusa, dan diam diantara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya,” di satu pihak menekankan bahwa Anak Allahlah yang menyatakan diri-Nya
melalui inkarnasi, di lain pihak menyatakan kemanusian-Nya.
Tidak dapat diragukan bahwa Yohanes ingin memberikan
kesan bahwa apabila logos (Firman)
menjadi manusia (daging), maka ia benar-benar daging. Firman yang sudah ada
sebelum segala sesuatu ada itu telah menjadi manusia sejati. Namun demikian,
kemanusiaan-Nya itu tidak dapat mengaburkn kesan yang sama kuatnya dengan
kenyataan bahwa Yesus sebagai manusia unik.
c.
Kisah
Para Rasul
Kisah Para Rasul 2:22 berbicara tentang Yesus
sebagai “Yesus dari Nazaret”, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang
dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda.”
Dalam Kisah Para Rasul 4:10, Ia disebut “Yesus Kristus, orang Nazaret.” Sebutan
“Yesus orang Nazaret itu” dipakai juga oleh penunduh-penunduh palsu yang
melawan Stefanus (Kis 6:14). Nama yang sama digunakan oleh Petrus dalam
khotbahnya kepada Kornelius dan keluarganya (Kis 10:38). Menurut kesaksian
Paulus mengenai pertobatannya yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 22:8, Tuhan
yang bangkit memperkenalkan diri-Nya sebagai Yesus orang Nazaret. Hal-hal ini
merupakan keterangan yang secara jelas menunjukkan bahwa dalam sejarah, Yesus
pernah hidup sebagai manusia di desa Nazaret. Namun harus diakui bahwa Kisah
Para Rasul lebih memusatkan perhatian pada kemuliaan Yesus yang tinggi,
daripada tentang hidup-Nya di dunia ini.
d.
Paulus
Dalam surat-surat Paulus, hanya terdapat sedikit
keterangan mengenai pokok ini, tetapi kekurangan itu sering dilebih-lebihkan,
seolah-olah mendukung pendapat bahwa Paulus tidak menaruh minat pada kehidupan
Yesus sebagai manusia dalam sejarah. Tetapi pandangan ini tidak dapat
dipertahankan. Paulus mengetahui bahwa Yesus adalah keturuanan Daud. Yesus
memang termasuk orang Israel. Ia diutus oleh Allah pada waktu tertentu dan
dilahirkan oleh seorang wanita dan hidup di bawah hukum Taurat.
Paulus pernah bertemu rasul-rasul Yerusalem (Kis
9:26), pada waktu itu tentu ia mendengar banyak uraian peristiwa tentang Yesus
dan kedua belas murid-Nya, peristiwa yang paling khusus dalam kehidupan Yesus
yang disebutkan oleh Paulus, selain peristiwa penyaliban, penguburan dan
kebangkitan (1 Kor 15:4), ialah penetapan perjamuan Tuhan (1 Kor 11:23). Paulus
tidak memberikan gambaran langsung mengenai pribadi Yesus demikian juga dengan
para penulis kitab-kitab Injil namun mereka sadar akan segi-segi tertentu dari
pribadi Yesus. Ia berbicara tentang kerendahan hati dan kelembutan Yesus (2 Kor
10:1).
Dari keterangan-keteragan di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa Rasul Paulus sudah tentu memperoleh keterangan yang cukup
luas mengenai Yesus sebagai manusia. Dan jelas bahwa Paulus memandang Yesus
sebagai benar-benar manusia.
e.
Surat
Ibrani
Ibrani 1:3 penulis memperkenalkan Yesus sebgai Anak
Allah yang di tinggikan serta mengenai kemanusiaan-Nya. Surat ini juga
membicarakan mengenai kualifikasi Kristus sebagai Imam Besar. Surat Ibrani
tidak memperlihatkan kebingungan mengenai gagasan yang sejajar tentang
keilahian Anak Allah dengan kemanusian-Nya yang sejati.
f.
Surat
Petrus
Dalam surat 1 Petrus, kemanusian Yesus yang sejati
diterima sebgai hal yang benar dan tidak diungkapkan secara panjang lebar lagi.
Dalam 2 Petrus 1:16 dst. Pokok yang penting ialah kemuliaan itu terlihat di
dalam dunia.
g.
Kitab
Wahyu
Kitab ini terpusat pada Kristus Sorgawi yang telah
bangkit, hanya sedikit penekanan pada kemanusiaan-Nya (Why 1:7;1:18) Anak domba
yang menang sebagai Dia yang sudah hidup didunia dan mati untuk menyelamatkan
manusia.
2. Yesus
sebgai manusia yang tidak berdosa
a.
Kitab-kitab
Injil Sinoptik
Kitab-kitab Injil Sinopti melukiskan
ketidakberdosaan-Nya secara langsung, namun mempersipakan kita menerima uraian
yang lebih khas dalam Injil Yohanes dan pertanyaan tegas yang pasti dalam
surat-surat kiriman.
b.
Tulisan-tulisan
Yohanes
Yohanes mencatat bahwa Yesus sebgai Anak Allah dan
juga manusia sejati ini menyatakan secra tidak langsung mengenai
ketidakberdosaan-Nya. Penyataan tersebut sangat jelas dalam 1 Yoh 3:5 (di dalam
Dia tidak ada dosa)
c.
Kisah
Para Rasul
Disini ketidakberdosaan Yesus tidak diuraikan secara
jelas, namun dinggap sudah diketahui.
d.
Paulus
Dalam 2 Korintus 5:21 Paulus mengatakan “Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi menjadi dosa karena kita”. Secara
jelas di sini dikatakan bahwa Yesus tidak berdosa, walaupun ada masalah yang
mendasar mengenai arti pernyataan “dibuat menjadi dosa” sekali lagi pusat
perhatian diarahkan pada fakta bahwa Ia tidak berbuat (mengenal dosa).
Kehidupan yang tidak berdosa merupakan pendahuluan yang mutlak diperlukan oleh
orang-orang dalam mengenal Kristus karena bagi merekalah Yesus telah datang
untuk menyelamatkan dari dosa.
e.
Surat
Ibrani
Dalam memperlihatkan sifat-sifat Yesus sebgai
seorang Imam Besar yang penuh perhatian, penulis membandingkan pencobaan-pencobaan yang Dia alami dan kita alami, dengan
tambahan yang penuh arti “hanya tidak berbuat dosa” (Ibr 4:15). Kemungkinan
bahwa Yesus dapat berbuat dosa tidak
dibahas , tetapi ditegaskan bahwa Ia tidak bebuat dosa.
f.
Surat-surat Petrus
Disini Petrus mempertahankan bahwa Kristus tidak
berbuat dosa dan pada saat yang sama ia menegaskan bahwa Ia memikul dosa-dosa
kita supaya kita yang mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran (1 Ptr 2:24). 1
Ptr 3:18, yang menyatakan bahwa Kristus yang benar mati untuk orang-orang yang tidak benar. Dalam kedua ayat ini hal
yang terutama ialah kematian Kristus dan jelaslah bahwa keadaan hidup-Nya yang
tanpa dosa itu dianggap sebgai factor penting dalam arti kematian-Nya.
B.
Mesias
Kata
“Mesias” dalam konteks ini berarti tokoh pembebas (penyelamat) yang diharapkan
oleh orang Yahudi, yaitu seseorang yang akan menjadi wakil Allah untuk
pembentukan suatu zaman baru bagi umat-Nya. Kata “Mesias” berasal dari bahasa
Ibrani, dan bahsa Yunani untuk kata itu adalah ‘Kristus”. Kedua istilah ini
berasal dari akar kata yang berarti “mengurapi,” dari hal ini Yesus dipandang
sebagai orang yang secara khusus ditahbiskan untuk tugas tertentu.
1. Gelar
Mesias
Istilah Mesias dalam bahasa Yunani Khisto (yang diurapi), banyak sekali
dipakai dalam Gereja Kristen. Hal ini nyata dengan adanya fakta bahwa
orang-orang yang percaya kepada Yesus pada masa-masa permulaan disebut sebagai
orang-orang Kristen; dan hal ini merupakan kesaksian yang mengesankan karena
dari situ kita dapat melihat bagimana pentingnya konsep Kristus dalam pikiran
mereka. Mereka begitu yakin bahwa Yesus adalah Mesias dan mereka bagitu giat
dalam memberitakan hal itu sehingga orang-orang lain menyebut mereka
“pengikut-pengikut Kristus.” Hal ini terjadi di Antiokhia. Ini merupakan hal
yang penting karena disanalah jemaat pertama-tama dibangun ditengah-tengah
orang-orang bukan Yahudi (Kis 11:26).
a.
Latar
belakang Yahudi
Dalam PL, terutama dalam kitab nabi-nabi, banyak
disebutkan masa kemesiasan yang akan datang yang menawarkan masa depan yang
cerah bagi umat Allah (bnd 26-29;40 dst; Yeh 40-48; Dan 12; Yl 2:28-3:21),
tetapi hanya sedikit yang dikatakan tentang Mesias. Gelar itu tidak dipakai
untuk penyelamat yang akan datang. Bahkan tokoh yang akan membuka zaman yang
akan datang adalah Allah sendiri. Tetapi walaupun istilah “Mesias” itu tidak
muncul secara tersendiri, ada bermacam-macam penggunaannya dalam rangkaian kata
seperti Mesias Tuhan (yang di urapai).
Selama masa antara PL dan PB, arti dari istilah itu
mengalami beberapa perubahan, dan arti teknis dari orang yang diurapi Tuhan
menjadi lebih menonjol (Mzr 17-18). Pengharapan akan kedatangan Mesias
mempunyai bentuk yang berbeda-beda, tetapi yang paling menonjol ialah gagasan
mengenai Raja keturunan Daud, yang akan mendirikan kerajaan di dunia bagi umat
Israel dan akan menghancurkan musuh-musuh Israel. Mesias akan merupakan tokoh
politik, tetapi dengan kecendurungan ke arah agama.
b.
Kitab-kitab
Injil Sinoptik
Kitab-kitab Injil Sinoptik yang memberikan petunjuk
mengenai pandangan Yesus tentang peranan
Mesias. Pertama-tama perlu dicatat bahwa kitab-kitab Injil memberikan informasi
mengenai pengharapan umum akan Mesias pada waktu itu. Matius melaporkan bahwa
para penasehat berbangsa Yahudi dari Raja Herodes mampu memberitahu secara
langsung bahwa Mesias akan dilahirkan di Betlehem (Mat 2:3-5). Lukas mencatat
kebingungan orang banyak apakah Yohanes Pembaptis adalah Mesias itu (Luk 3:15), dan hal ini merupakan suatu hal yang
menyatakan secara tidak langsung tentang pengharapan mereka.
c.
Tulisan-tulisan
Yohanes
Injil Yohanes menyebutkan dua kejadian tertentu pada
waktu gelar Mesias digunakan untuk Yesus;
kedua kejadian ini terjadi pada awal pelayanan-Nya. Suatu masalah timbul
karena menurut Yohanes, murid-murid pertama langsung mengenal Yesus sebgai
Mesias, sedangkan kitab-kitab Injil Sinoptik tidak memperlihatkan kesadaran ini
sebelum peristiwa pengakuan di Kaisarea Filipi. Para ahli menyelesaikan masalah
ini dengan menganggap bahwa Yohanes pada bagian-bagian ini tidak menyajikan
tradisi yang otentik, tetap merupakan suatu interpretasi yang dipaksakan
terhadap tradisi itu. Penggunaan gelar Mesias:
-
Perempuam Samaria (Yoh 4:25), karena
bagi orang-orang Samaria, gelar itu tidak akan menimbulkan salah pengertian
kearah politik seperti halnya dengan orang-orang Yahudi.
-
Andreas yang memberitahu Petrus
saudaranya kami telah menemukan Mesias (Yoh 1:41).
-
Filipus memberi tahu Natanael kami telah
menemukan Dia, yang diasebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi
(Yoh 1:45).
Haruslah diingat bahwa tujuan dari tulisan Yohanes
ialah supaya para pembaca percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah (Yoh
20:31).
d.
Kisah
Para Rasul
Pernyataan pertama dalam jemaat mula-mula pada hari
Pentakosta mencapai puncaknya dalam penegasan bahwa “Allah telah membuat Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis 2:36). Jelaslah
pernyataan ini penting karena merupakan pernyataan yang pertama tentang Kristus
kepada masyarakat umum sejak kebangkitan-Nya. Hubungan antara ketuhanan dengan
kemesiasan itu penting, karena memperlihatkan bahwa pada awal jemaat Kristen,
satu gelar saja dianggap tidak cukup untuk menggambarkan status Yesus.
e.
Paulus
Cara Paulus memperlihatkan tentang siapa Yesus
sangat berbeda dengan penyajian dalam kitab-kitab Injil, dan perbedaan itu
disebabkan oleh kebangkitan Yesus. Mesias yang menderita dalam kitab-kitab
Injil menjadi Kristus yang hidup dan yang menang dalam surat-surat Paulus,
tetapi Ia tetap Mesias. Gelar Yesus Kristus atau Kristus Yesus hanyalah
persesuaian bentuk dari Yesus sang Mesias. Pada waktu Paulus menulis misi
Mesias telah diselesaikan. Ia mengembangkan pikirannya sendiri mengenai
pengertian Mesias dengan cara pandang yang baru, yang didasari oleh penggenapan
dalam Kristus yang telah bangkit, yang telah memulai suatu kerajaan rohani.
Gagasan tentang Mesias sebagai Raja dari keturunan
Daud dapat ditelusuri dari janji Allah kepada Daud dalam 2 Samuel 7:16,
“keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya.” Janji ini merupakan
dasar dari nubuat para nabi yang berhubungan dengan kerajaan Mesias, dan
menjelaskan bagaimana pengharapan akan kerajaan yang dipulihkan di bawah Mesias
dapat dilihat sebagai penggenapan dari janji ilahi kepada Daud. Daud menjadi
istilah yang berarti Israel yang dipulihkan.
C.
HAMBA
1. Latar
belakang
Konsep Hamba Allah langsung berasal dari
nyanyian tentang Hamba dalam kitab Yesaya, jadi perikop-perikop dalam kitab
Yesaya merupakan ttitk tolak yang jelas untuk menelusuri keterangan latarbelakangnya
(Yes 41:8-20; 42:1-9; 49:1-7; 52:13-53:12).
Ungkapan bahasa Yunani pais theou dapat berarti “Anak Allah”
atau “Hamba Allah.” Pada masa antara PL & PB ungkapan tersebut mempunyai
arti “Hamba Allah”. Penggunaan ungkapan ini meneruskan penggunaan kata ẻvẻd
atau ẻvẻd Yhwh dalam PL yaitu kata “hamba” dipakai dengan makna religius. Ada
banyak perdebatan mengenai pengertian tentang siapakah Hamba yang dimaksud
dalam nyayian-nayayian ini, apakah ia merupakan seorang pribadi atau mewakili
bangsa Israel secara keseluruhan. Dalam PB walaupun pandang yang mendukung
bahwa yang dimaksudkan adalah seorang pribadi kelihatannya lebih mungkin. Tentu
saja tugas hamba dalam perikop ini dapat dimengerti jikalau yang dimaksud ialah
pribadi yang dipanggil Allah dan dipenuhi Roh Kudus.
a.
Pentingnya
gelar “Hamba” untuk kristologi
Jeremias 1957 menemukan sebutan-sebutan berikut yang
dipakai unutk sehubungan dengan tema “Hamba.”
-
ho
pais (Hamba)
-
ho
huios tou theou (Anak Allah.
-
ho
amnos tou theou (Anak Domba Allah).
-
to
arnion (Anak Domba)
-
ho
ekletos, ho eklegmenos (Yang Terpilih)
-
ho
agapệtos (Yang Dikasihi)
-
ho
dikaios (Yang Benar)
Gelar-gelar yang didapat semuanya sejalan dengan
pandangan bahwa baik Yesus maupun orang-orang Kristen mula-mula mengakui Yesus
sebgai Hamba.
D.
Anak
Manusia
1. Kitab-kitab
Injil Sinoptik
Dari semua gelar Yesus dalam kitab-kitab
Injil Sinoptik, gelar ‘Anak Manusia’ merupakan gelar yang paling penting dan
juga paling membingungkan. Lagi pula, gelar tersebut hanya dipakai oleh Yesus
sendiri, sehingga langsung timbul pertanyaan mengenai apa yang Ia maksudkan
dengan gelar itu. Disini kita dapat melihat lima pengertian yang mungkin untuk
penggunaan gelar Anak Manusia:
a. Sebutan-sebutan
setiap Anak Manusia dalam setiap kategori mungkin asli, karena itu hal tersebut
memperlihatkan pandangan Yesus sendiri mengenai identitas-Nya.
b. Semua
sebutan Anak Manusia merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat Kristen dan
tidak mencerminkan pandangan Yesus mengenai diri-Nya sendiri.
c. Hanya
sebutan-sebutan Anak Manusia yang mengarah pada masa yang akan datang saja yang
dapat dipercaya.
d. Hanya
sebutan-sebutan Anak Manusia yang ditujukan pada masa yang akan datang saja
yang dapat dipercayai, tetpi Yesus menganggap diri-Nya sebgai Anak Manusia
sorgawi yang akan dinyatakan pada penyempurnaan masa kini.
e. Sebutan-sebutan
Anak Manusia yang mengarah pada kehidupan Yesus di dunia saja yang dapat
dipercaya.
Gelar Anak Manusia dihubungkan dengan
berbagi unsur yang hanya mendapat arti berdasarkan satu anggapan pokok, bahwa
Yesus berpikir tentang diri-Nya sebgai Mesias sorgawi yang menggenapi suatu
pelyanan di dunia demi manusia, yang akan mencapai puncaknya dalam kemuliaan
yang terakhir. Dengan penjelasan ini dapatlah dimengerti mengapa Yesus tidak
meggunakan gelar Mesias untuk menjelaskan misi-Nya, karena pekerjaan- Nya bukanlah bersifat politik melainkan
bersifat rohani.
Selanjutnya mengingat kesukaran yang
sudah melekat pada gagasan tentang Mesias yang menderita dalam pemikiran
orang-orang zaman itu, dan keasdaran Yesus sendiri bahwa misi rohani-Nya hanya
dapat diselesaikan melalui penderitaan dan kematian, maka kelihatannya masuk
akal untuk berpendapat bahwa dalam pikiran-Nya Ia menyamakan diri-Nya dengan Hamba
yang menderita itu. Ia menggunakan gelar Anak Mausia itu bukan demi kepentingan
para pendengar-Nya, tetapi unutk menggabungkan dalam pikiran-Nya beberapa hal
yang membuat misi-Nya bersifat unik. Sebenarnya Ia mengartikan kembali gagasan
tentang Mesias sampai murid-murid-Nya dapat menyamakan Anak Manusia dengan
Yesus sang Mesias.
E.
Tuhan
Kata
kurios (‘tuan’) digunakan pada masa
PB sebagai gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang yang lebih tinggi
kedudukannya. Gelar itu juga digunakan sebagai sebutan untuk kaisar Roma atau
dewa kafir. Karena itu gelar ini digunakan secara meluas oleh orang-orang bukan
Yahudi. Tetapi gelar itu mempunyai arti khusus bagi orang-orang Yahudi karena
sering digunakan dalam LXX sebagai terjemahan kata Ibrani Adonay, yang sering digunakan sebagai pengganti kata Yhwh.
1.
Kitab-kitab Injil Sinoptik
Sebutan
Kurios bagi Yesus dalam kitab-kitab
Injil Sinoptik sering dimaksudkan sebagai gelar kehormatan. Dalam Matius 21:3
(=Mrk 11:3 = Luk 19:31) Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberitahukan
pemilik keledai itu demikian, “Tuhan memerlukannya.” Pernyataan ini mungkin
menunjukkan bahwa Yesus dikenal sebagai ‘Tuhan’ dalam masa hidup-Nya, tetapi
mungkin murid-murid-Nya akan menganggap sebutan ini tidak lebih dari suatu
gelar penghormatan. Nampaknya mungkin sekali, bahwa pemilik keledai itu telah
mempunyai hubungan sebelumnya dengan Yesus. Dalam hal ini sebutan ‘Tuhan’
mungkin sama dengan ‘Tuan’ atau ‘Guru’.
2.
Tulisan-tulisan Yohanes
Injil
Yohanes mencerminkan pola dasar yang sama yaitu penggunaan gelar kurios itu secara non-teologis sebelum
kebangkitan dan secara teologis sesudah kebangkitan.
3.
Kisah Para Rasul
Dalam
Kisah Para Rasul, gelar Tuhan khususnya disukai oleh Lukas dalam menceritakan
perbuatan-perbuatan dan pengajaran-pengajaran dari jemaat mula-mula. Dalam
khotbah Peturs dalam Kis. 2:36, terdapat pernyataan bahwa “Allah telah membuat
Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Ketuhanan disini
berarti hak kekuasaan pemerintahan sorgawi yang diperoleh Yesus, sebagai
kontras yang nyata dengan Yesus yang disalibkan. Dalam khotbah Petrus kepada
Kornelius, sehubungan dengan firman yang memberitakan damai sejahtera oleh
Yesus Kristus, ia berkata, “Dia adalah Tuhan dari semua orang” (Kis. 10:36).
Inilah pandangan yang luar biasa mengenai ketuhanan Yesus, yang menyatakan
bahwa Ia memiliki hak penuh kekuasaan pemerintahan sorgawi.
4.
Paulus
-
Ungkapan marana tha dalam 1 Korintus 16:22. Marana tha berasal dari
bahasa Aram dan lazimnya diterjemahkan “Tuhan kami, datanglah.” Bentuk ini
merupakan suatu perkataan orang-orang Kristen mula-mula yang telah menjadi
semacam ungkapan yang sudah dikenal di antara orang-orang bukan Yahudi.
-
Pengakuan iman mula-mula (Rm. 10:9; 1
Kor. 12:3). “Yesus adalah Tuhan” dan percaya bahwa Allah telah membangkitkan
dia dari antara orang mati. Ketuhanan tidak akan mempunyai arti jika terpisah
dari kebangkitan.
-
Pengakuan ketuhan secara umum (Flp.
2:11). “Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Paulus
memakai gelar “Tuhan” 275 kali, berarti 38% dari seluruh penggunaan gelar itu
dalam PB yang adalah 718 kali.
Sebagian besar surat-surat Paulus ditujukan kepada jemaat yang hidup dalam
kebudayaan Yunani waktu itu, dimana sebutan “Tuan” amat sering dipakai tidak
hanya untuk seorang bangsawan, melainkan juga untuk pribadi yang lebih tinggi,
yakni dewa. Memberitakan Yesus sebagai Tuhan akan sangat berarti dalam dunia
Yunani pada waktu itu. Begitupun dengan para pembaca Yahudi, karena pada waktu
PL diterjemahkan ke dalam bahwasa Yunani, kata tersebut dipakai untuk
menerjemahkan nama ilahi “Yahweh.”
F.
Anak
Allah
1.
Kitab-kitab Injil Sinoptik
Penggunaan
gelar ‘Anak Allah’ bersama dengan ‘Mesias’ (Mat. 16:16; bnd Mrk. 8:29; Luk.
9:20; Mat. 26:63-64=Mrk 14:61-62; Luk 22:66).
2.
Tulisan-tulisan Yohanes
Tujuan
penulisan Injil Yohanes dinyatakan secara khusus agar para pembaca dapat
percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (Yoh 20:31), karena itu tidaklah
mengherankan bila ditemukan lebih banyak penekanan pada konsep Anak Allah
daripada mengenai Anak Manusia. Gelar itu sendiri muncul beberapa kali, tetapi
lebih penting lagi ialah penggunaan mutlak dari hubungan Bapa-Anak yang meresapi
kata-kata Yesus dalam Injil ini. Kesadaran-Nya sebagai Anak senantiasa hadir di
manapun Ia berada.
Keunikan
Yesus sebagai Anak Allah, seperti dalam Yoh 1:12, orang-orang lain mungkin
diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah tetapi Yesus tidak memerlukannya
karena Ia adalah Anak yang berbeda macamnya; Ia adalah Anak secara hakiki.
Sebagai Anak Allah, Yesus memiliki sifat-sifat yang khusus. Pertama, Anak itu diutus oleh Bapa (Yoh 3:34;
5:36,38; 7:29; 11:42). Kasih Bapa bagi
Anak, dalam Yoh 5:20 menyebutkan bahwa kasih Bapa bagi Anak mendorong Bapa
menunjukkan segala sesuatu yang dikerjakan-Nya
kepada Anak. Ketergantungan Anak kepada Bapa (Yoh 5:19). Anak yang berdoa kepada Bapa (Yoh 11:41). Anak menyatakan Bapa (Yoh 6:46). Anak menyampaikan kata-kata Bapa (Yoh 10:18). Bapa telah menyerahkan segala sesuatu kepada Anak (Yoh 13:3). Kembali kepada Bapa (Yoh 14:28).
3.
Paulus
‘Anak’
dalam teologi Paulus dikaitkan dengan misi Yesus secara keseluruhan. Pada waktu
Allah bertindak untuk menyelamatkan manusia, Ia mengutus Anak-Nya (Gal 4:4).
Paulus juga membuat suatu pernyataan yang terkenal dalam Roma 8:3, yang
menghubungkan keadaan sebagai Anak Allah dengan Yesus yang datang serupa dengan
daging yang berdosa. 1 Kor 15:28, memperjelas keadaan Yesus sebagai Anak Allah,
dan keadaan Anak yang berada di bawah Bapa, artinya penyerahan Anak dalam
pelayanan yang sempurna demi kepentingan misi.
4.
Surat Ibrani
Dalam
surat Ibrani, ‘Anak Allah’ dibahas lebih sungguh-sungguh. Didalamnya Anak yang
dimuliakan merupakan pusat perhatian dari keseluruhan surat ini. Anak melakukan
peranan yang merupakan hak-hak istimewa dari Allah dan juga merupakan alat yang
sempurna untuk memperkenalkan Allah.
G.
Gelar-Gelar
Kristus Yang Lain
Yesus
sebagai nabi dan guru. Luk 4:24 Yesus secara tidak langsung menerangkan gelar
‘nabi’ itu pada diri-Nya. Ada banyak hal dalam pelayanan Yesus yang sesuai
dengan peranan seorang nabi. Pengajaran-Nya berpusat pada pernyataan Kerajaan
Allah. Ia disebut rabi, yang menunjukkan bahwa Ia secara popular dianggap
sebagai guru yang berkuasa, walaupun secara resmi Ia tidak dikenal demikian.
Tetapi dalam pelayanan pengajaran-Nya, Ia bergerak lebih jauh, tidak hanya
sekedar memproklamasikan Kerajaan seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi
terdahulu. Dia sendirilah nabi yang akan datang itu, seorang pembuka zaman
baru.
Logos.
Dalam Injil Yohanes, terdapat 3 sifat Yesus Kristus yang ditekankan dalam peran-Nya
sebagai logos. Pertama, Yohanes
kembali pada pemikiran tentang keadaan sebelum penciptaan untuk menggambarkan
hubungan Yesus dengan Bapa. Kedua, Yohanes menerangkan sedikit tentang hubungan
antara logos dengan dunia. Ketiga,
ialah hubungan logos dengan manusia.
Dalam surat-surat Paulus, tidak ada penekanan yang sama mengenai logos sebagai gelar, namun terdapat
beberapa segi yang sejajar. Bagi Paulus, sebagaimana bagi Yohanes, Kristus ada
sebelum segala sesuatu ada, yang merupakan wakil penciptaan dan yang telah
menjadi manusia (bnd. Kol 1:15 dst; Flp 2:5 dst.). Paulus secara khusus
memperlihatkan Kristus sebagai Hikmat (1 Kor 1:30 dst.).
“Aku
adalah.” Tujuh kali dalam Injil Yohanes Yesus menggunakan bentuk ‘Aku adalah’
untuk menggambarkan diri-Nya. Ucapan-ucapan ini meliputi pemekaian kata-kata
kiasan yang luas, yaitu roti (Yoh 6:35); terang (Yoh 8:12); pintu (Yoh 10:7);
gembala (Yoh 10:11); kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25); jalan, kebenaran, hidup
(Yoh 14:6); anggur (Yoh 15:1). Dalam setiap hal, ‘Aku adalah’ menjelaskan
peran-peran tertentu dari Yesus, yaitu untuk menguatkan, menyinari, mengakui,
memelihara, memberi hidup, membimbing. Dalam kitab Wahyu perkataan ‘Aku adalah’
terdapat dalam ungkapan Alfa dan Omega dalam Wahyu 1:8. Yesus juga disebut sebagai
‘Adam yang akhir (Roma 5:12 dst dan 1 Kor 15).
Dalam
bukunya Teologi Perjanjian Baru, Loen Morris juga menyebutkan beberapa gelar
Yesus seperti “Juruselamat”, “Raja”, “Hakim”, “Nabi.”
Kesan
keseluruhan dari penyelidikan yang saksama mengenai gelar-gelar Kristus
menguatkan pandangan bahwa Yesus yang hidup dan melayani di dunia dengan cepat
dikenal dalam status kebangkitan-Nya sebagai Allah dan juga sebagai manusia.
H.
Syair-Syair
Pujian Tentang Kristus
Filipi
2:6-11; Kolose 1:15-20; 1 Timotius 3:16; Ibrani 1:2-3 dan 1 Petrus 3:18-20
adalah perikop-perikop yang memiliki nilai yang khusus karena menunjukkan
secara khusus beberapa gagasan yang tercakup dalam gelar-gelar Kristus.
Syair-syair pujian ini juga menyajikan suatu kristologi yang tinggi yang tidak
membiarkan adanya keraguan bahwa Yesus adalah Allah dan juga manusia. Penting
bahwa perikop-perikop ini yang dihubungkan dengan keadaan Yesus yang dimuliakan
juga menekankan kehinaan-Nya. Gagasan seperti “tanpa merebut” dari Filipi 2,
“gambar” dan “kepenuhan” dari Kolose 1 dan “cahaya kemuliaan Allah” dari Ibrani
1 membuat tidak mungkin untuk memandang Yesus sebagai seorang manusia saja. Apa
saja penjelasan dari misteri inkarnasi, setiap pandangan yang tidak mendukung
sifat dan status Yesus yang dimulikan adalah tidak sesuai dengan PB.
I.
Peristiwa-Peristiwa
Kristologis
1.
Kelahiran dari anak dara
Mujizat
istimewa ini adalah unik. Dalam beberapa hal, mujizat ini dihubungkan dengan
mujizat kristologi yang besar lainnya, yaitu kebangkitan Yesus. Jika
kebangkitan itu dapat terjadi, maka tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa
kelahiran dari anak dar adalah tidak mungkin. Kelahiran dari anak dara tidak
dimaksudkan untuk mempertahankan keadaan Yesus yang tidak berdosa, walaupun
kelahiran dari anak dara itu adalah sesuai dengan ajaran itu. Ketidakberdosaan
itu disaksikan dalam ayat-ayat lain (mis. 2 Kor 5:21; Ibr 7:26; 1 Ptr 1:19).
Bukan kelahiran dari anak dara itu sendiri yang menjamin kehidupan yang tanpa
dosa tetapi hal ini dijamin oleh karya Roh Kudus dalam kelahiran itu.
Pengertian secara harfiah mengenai kisah kelahiran ini, sangat sesuai dengan PB
secara umum mengenai Kristus sebagai Anak Allah, yang juga adalah seorang
manusia yang sempurna. Tidaklah dapat dikatakan bahwa inkarnasi adalah mustahil
tanpa kelahiran dari anak dara, karena Allah mampu melakukannya dengan cara
lain. Tetapi dapat dan harus dikatakan bahwa kelahiran Yesus dari anak dara
benar-benar sesuai dengan sifat seorang yang menjadi manusia walaupun Ia setara
dengan Allah (Flp 2:6).
2.
Kebangkitan
Makna
utama dari kebangkitan ialah kontribusi yang diberikannya bagi pengertian kita
mengenai pribadi dan pekerjaan Kristus. Kita hanya dapat percaya bahwa Kristus
yang sudah ada sebelum segala sesuatu itu telah menjadi manusia, jika
kebangkitan merupakan peristiwa yang sungguh terjadi. Kepercayaan akan
kebangkitan sebagai peristiwa yang benar terjadi merupakan dasar satu-satunya
yang dapat menjamin kesinambungan yang diperlukan bila kita membela ajran tentang
Yesus sebagai Allah dan juga manusia.
Salah
satu factor yang paling penting artinya dalam pengertian orang-orang Kristen
mula-mula mengenai kebangkitan ialah sorotannya terhadap ajaran mengenai Allah.
Tindakan kebangkitan selalu merupakan tindakan Allah. Walaupun Yesus menyatakan
diri-Nya berkuasa untuk mengambil nyawa-Nya kembali setelah memberikannya (Yoh
10:1), namun PB tidak memberi kesan bahwa kebangkitan itu merupakan tindakan
Kristus sendiri tanpa bergantung kepada Allah. Kuasa dibelakangnya ialah kuasa
Allah dan kebangkitan Kristus dianggap sebagai pamerean tertinggi dari kuasa
ilahi. Dengan tindakan itu lingkaran kematian dan pengrusakan dalam kehidupan
manusia yang tidak pernah berhenti sudah dikekang. Allah telah menyediakan
jalan keluar dari kematian menuju hidup, dengan membangkitkan Anak-Nya sendiri
dari kemaitan. Kebangkitan merupakan bagian yang penting dari rencana Allah
untuk penebusan umat manusia.
Kebangkitan
juga menghubungkan pribadi Kristus dengan pekerjaan-Nya. Kebangkitan
mengungkapkan kepuasan Allah dengan apa yang telah dilakukan oleh Kristus.
Pengagungan pribadi Kristus menjelaskan bahwa misi-Nya berhasil baik.
Kebangkitan sangatlah diperlukan untuk keselamatan manusia. Kebangkitan itu
merupakan dasar keyakinan bahwa kristus menaruh perhatian yang terus-menerus
pada kesejahteraan umat-Nya dan mendoakan mereka.
3.
Kenaikan
Makna
teologis dari kenaikan, yaitu:
-
Pelengkap bagi kebangkitan
-
Permulaan pengagungan dan penobatan
-
Permulaan pelayanan sebagai pengantara
-
Penggenapan misi Allah
-
Kristus memenuhi segala sesuatu
-
Penganugerahan Roh Kudus
-
Terbukanya jalan masuk bagi orang-orang
percaya
-
Permulaan zaman yang baru.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang
datang untuk menyelamatkan manusia, sekaligus memperlihatkan Yesus sebagai
manusia yang sempurna. Penulis-penulis Perjanjian Baru menyebut Yesus dengan
berbagai gelar yang layak bagi Yesus sendiri, diantaranya “Mesias,” “Hamba,”
“Anak Manusia,” “Tuhan,” “Anak Allah,” “Nabi dan Guru,” “Logos,” serta pemekaian
kata-kata kiasan yang luas, yaitu roti (Yoh 6:35); terang (Yoh 8:12); pintu
(Yoh 10:7); gembala (Yoh 10:11); kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25); jalan,
kebenaran, hidup (Yoh 14:6); anggur (Yoh 15:1). Dia adalah Alfa dan Omega.
Peristiwa-peristiwa
Kristologis yakni kelahiran, kebangkitan serta kenaika-Nya memiliki makna
teologis yaitu Kristus sebagai Anak Allah, yang juga adalah seorang manusia
yang sempurna. Kebangkitan merupakan dasar keyakinan bahwa kristus menaruh
perhatian yang terus-menerus pada kesejahteraan umat-Nya dan mendoakan mereka.
Dan kenaikan-Nya merupakan pelengkap bagi kebangkitan, permulaan pengagungan
dan penobatan, permulaan pelayanan sebagai pengantara, penggenapan misi Allah, Kristus
memenuhi segala sesuatu, penganugerahan Roh Kudus, terbukanya jalan masuk bagi
orang-orang percaya, dan permulaan zaman yang baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Guthrie,
Donald. 2008. Teologi Perjanjian Baru 1.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Morris,
Leon. 2006. Teologi Perjanjian Baru.
Malang: Gandum Mas